Friday, July 24, 2015

Pengalaman Memvaksinasi Anak di Jerman

Tergelitik ingin berbagi kisah memvaksinasi si kecil di Jerman setelah melihat debat suami dengan salah satu grup antivaks yang sempat menyiratkan bahwa imunisasi di Jerman tidak seintensive di Indonesia dan penggunaannya dibatasi karena dianggap berbahaya bagi anak-anak.

Saya sih tidak ingin ikut-ikutan berdebat, mana yang benar dan mana yang salah. Ilmu itu berkembang terus kawan, bahkan Islam pun mendukung terhadap perkembangan ilmu bukan. Saya juga percaya bahwa para scientist yang berkecimpung di dunia penelitian vaksin itu bukan semata-mata dibayar oleh perusahaan vaksin, tapi mereka murni mencari hal-hal yang baru, yang pada ujungnya bermanfaat bagi orang banyak. Kalau pada akhirnya mungkin mereka benar (entahlah), toh apa yang ada di masa ini pastilah akibat kejadian wabah yang lalu dan saya percaya lebih banyak manfaat daripada mudharatnya kalau dilakukan. Dan jawaban suami cukup mengejutkan setelah saya ledeki, "hayo abi, setelah debat agak keras begitu, bagaimana kenyataannya kalau kaum antivaks ternyata benar?". Apa jawaban suami? "Saya tidak malu kok untuk mengakui kalau ternyata saya salah." (Kereen..:p). Jadi curhat karena punya suami peneliti :D

Tapi ingin juga nih membuktikan prasangka itu........ :)

Kesempatan datang....saat memasukkan si kecil pertama kali ke Kindergarten (Kita) usia 16 bulan, si penanggungjawab di Kita menyerahkan lembar yang harus diisi oleh dokter anak tentang riwayat kesehatan dan imunisasi apa yang sudah diterima dan wajib dikumpulkan sebagai referensi kesehatan untuk Kitanya.

Maka kami pun segera membuat janji dengan dokter anak di suatu tempat yang agak jauh dari rumah. Sebenarnya ada juga di dekat tempat tinggal kami, di sampingnya Kita lagi tapi ngantrinya itu lho lama dan ada kemungkinan kalau lama begitu, pemeriksaannya biasanya terburu-buru (hehe, langsung menghakimi nih). Oiya, tentang dokter anak ini tidak seenaknya lho kita bisa berganti-ganti (tapi saya sempat berkunjung ke 3 dokter anak. hehe). Kalau sudah dari awal di dokter A, selanjutnya ya di dokter A. Kalau mau ganti boleh saja, tetapi tidak berganti-ganti. Malah kadang kalau kita pindah, dokter B itu seperti enggan melayani. Tapi memang baiknya 1 dokter sih, biar dokternya benar-benar paham perkembangan si anak. 
Sampai di sini, saya masih bertanya-tanya, "bener g ya dokternya anti vaksin?"

Konsultasi pertama ini bertepatan juga dengan jadwal U6. Apa itu U6? U6 ini salah satu dari program U -screening yang ada di Jerman. Totalnya ada 11 (U1-U11). Di program skrining ini, dokter tidak hanya memeriksa perkembangan dan mengobati bila ada masalah, tetapi juga ternyata memberikan imunisasi sesuai jadwalnya. Tentang U1-U11 klik di sini dan dokter kami ini menyarankan untuk imunisasi. Setelah kami menceritakan bahwa di Indonesia pun si kecil sudah pernah dapat imunisasi wajib akhirnya si dokter menunda imunisasi apa yang akan diberi sampai kami membawa surat keterangan medis alias catatan perkembangan dan imunisasi apa yang diberikan saat di Indonesia (yang ada di buku warna pink BKIA itu lho) dan janjian berikutnya 1 minggu kemudian. Nah...dari 3 dokter yang saya kunjungi di semua ruang tunggu ternyata terpampang poster-poster yang menyarankan anak-anak harus melakukan U-screening dan imunisasiny. Na und?
Banyak mainan

Jadwal imunisasi terpampang jelas

1 minggu kemudian, kami datang kembali dengan membawa berkas-berkasnya dan dari buku pink itu si kecil belum mendapat MMR, Varisela, dan meningokok suatu  imunisasi yang "dianjurkan" bukan "diwajibkan" di Indonesia (berdasarkan IDAI tahun 2010) dan mengingatkan kembali pada usia 24 bulan nanti datang lagi untuk U7. 

Sedikit cerita nih, pemeriksaan oleh dokter anak ini sedikit berbeda dengan di Indonesia, g parah kok bedanya, cuma bisa jadi referensi nih kalau buka klinik :D. Setelah menyerahkan kartu asuransi dan data tentang anak, kami dipersilahkan menunggu di ruang tunggu (yang penuh mainan), pasien akan dipanggil sesuai dengan daftar dan prioritasnya adalah ''siapa yang sudah membuat janji didahulukan dibanding yang datang lebih dahulu". Sampailah nama kecil dipanggil dan kami dipersilakan masuk ke dalam kamar periksa sambil diminta untuk mempersiapkan si kecil (maksudnya dibuka baju dan celana sampai cuma pake pampers doang) sebelum dokter datang. Kamar-kamar periksa ini ada banyak jadi si dokter "lompat" dari satu kamar ke kamar lain saat pasien sudah siap. Cukup efesien sepertinya sehingga waktu konsultasi bisa lebih lama daripada "berperang" dengan si kecil yang takut diperiksa. Kalau di Indonesia kan (pengalaman saya sih), saat baru mau diperiksa fisik baru si kecil dipersiapkan.

Setelah menunggu 5-7 menit, masuklah di dokter dan sambil berjabat tangan menyebutkan nama. Kemudian setelah bertanya-tanya mulailah si dokter memeriksa si kecil dari ujung kepala sampai kaki, lubang telinga, mulut dan tenggorokan, serta paru-paru. Setelah kondisi dinyatakan sehat untuk diimunisasi, si dokter memberi instruksi pada perawat untuk mempersiapkan imunisasinya. Aih, ternyata imunisasi langsung memakai 2 suntikan di paha kanan dan kiri. Sempat agak ngomel dalam hati nih karena saya sempat berharap lebih "ini negara maju, masa' imunisasinya ga bisa di combo sih. Jadi kan agak manusiawi. Mana jarum suntiknya yang dipakai no.23 lagi. Sakit lho meski orang dewasa, apalagi ini anak-anak" :D. 

Setelah disuntik ini, prosedurnya tidak boleh langsung pulang melainkan harus menunggu 30 menit untuk menunggu reaksi alergi/hipersensitivitas terhadap vaksinnya karena reaksi alergi/hipersensitivitas yang berat bisa sampai fatal sampai mengancam jiwa lho. Tapi, alasan ini jangan dijadikan alasan untuk tidak vaksin lho ya karena bila kita melakukan prosedur dengan  benar maka anak bisa selamat kok dan kasusnya juga cuma 1:1.000.000. Cuma ya itu tadi ikuti prosedur, tunggu dulu; jangan terburu-buru pulang :)

Jadwal untuk U7 sebenarnya harus di usia 21-24 bulan setelah kelahiran ini kami lakukan di dokter berbeda karena kami menemukan lagi yang lebih dekat rumah dengan waktu tunggu tidak terlalu lama. Sayangnya kami lupa untk melakukan U7 sampai usia si kecil sudah 25 bulan. Padahal tahu tidak, burgeramt alias kantor kecamatannya (RALAT: seperti kantor kabupaten/kotamadya) sudah mengirimi surat yang mengingatkan untuk jangan lupa memvaksinasi pada saat menjelang 24 bulan kemarin dan 3 minggu yang lalu bahkan kami di beri peringatan untuk segera melakukan U7 sampai batas toleransi bulan September nanti (aduuuh kok bisa lupa siih). Sayangnya suratnya sudah hilang jadi tidak bisa saya foto sebagai bukti :D. sampai segitunya kan pemerintah Jerman ngubek-ngubek masalah imunisasi.

Di U7 nanti sepertinya akan mendapat imunisasi Difteri, Tetanus dan Hib. Yuk, minggu depan ini kita lihat imunisasinya combo atau bukan seperti di Indonesia.. 
         
Update....
Senin kemarin si kecil sudah melakukan U7 nih. Skrining tentang kemampuan bicara, cara berjalan, tinggi badan dan berat badan, refleks dan abnormalitas yang lain. Terakhir di bilang akan ditambahkan lagi imunisasinya DPT-Combo booster dan Polio dan pneumokok. Tetap memakai 2 suntikan dengan ukuran jarumnya lebih kecil tetapi ternyata vaksinnya pun combo bahkan vaksin polionya pun masuk dalam suntikan. 

Label vaksinnya tak lupa di tempel di buku kuning, buku yang harus di bawa kemanapun si kecil melakukan imunisasi meski berbeda dokter. Selesai imunisasi si perawat mengecek apakah kami memiliki obat panas atau tidak di rumah dan selanjutnya diperbolehkan pulang. Loh kok? Katanya harus menunggu 30 menit. Ternyata alasannya karena ini bukan merupakan imunisasi pertama dan tidak ada riwayat alergi pada imunisasi sebelumnya, jadi mereka anggap aman. Boleh pulang deh. Hasil dari pemeriksaan ini sepertinya akan dilaporkan ke Bezirkamt (karena U6 kemarin kami tidak mendapat surat apapun) sehingga mereka tidak perlu mengingatkan lagi. Entah apa yang akan terjadi kalau sampai batas yang diberikan, si kecil belum melakukan U7 ya dan g mau coba-coba ah.

Oiya, ternyata aturan "yang sudah membuat janji didahulukan" tidak berlaku kali ini. Kami harus menunggu 1 jam dari waktu yang dijanjikan meskipun kami sudah datang 45 menit dari waktu janjian.

Bandingkan juga jadwal imunisasi di Jerman (ada UK juga) klik di sini dan program imunisasi di Indonesia
mirip lho :D

Jadi kesimpulannya....

3 comments:

  1. Hai mak, salam kenal, tinggal d Jerman mak? hihi...ya ampun, buat imun dkirimin reminder sama kcmtn ya,teratur bgt ya.setuju bgt sama yg nggu 30mnt abis vaksin,perlu jg dbuat gitu d indo ya.tfs mak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga :)

      Iya, lagi numpang sementara di negeri orang. Iya, mereka kayaknya konsisten banget dengan masalah anak.
      Kalau 30 menit sepertinya harus u setiap org yang dapat suntikan deh biar g terjadi apa-apa :D. Tapi kalau pasiennya banyak, agak susah apalagi kalau kliniknya sempit :D

      Delete
    2. hihi iya ya mak...ga anak kecil aja, mungkin kesadaran masing2 aja ya buat jaga2 klo vaksin mending nggu 30mnt baru pulang

      Delete