Jungkir Balik Belajar Bahasa Jerman

 

Ini adalah curhatan saya yang saat ini lagi bingung....

Mungkin saya agak lebay nih ngasih judul, tapi inilah yang terjadi. Kalau teman-teman yang lain merasa belajar bahasa Jerman itu mudah, itulah yang terjadi pada saya pada saat awal belajar. Akan tetapi begitu mempelajarinya lebih lanjut, semua tampak berputar-putar di kepala. Baiklah saya coba cari telusuri permasalahannya sehingga saya agak muntah saat belajar:

1. Awalnya terasa mudah

Ya iyalah, secara A1 itu adalah dasar yang harusnya sudah saya pelajari sebelumnya di Indonesia, sedangkan saya terlalu malas utuk belajar saat itu sehingga belajar dari awal saat sudah di Jerman dan hasilnya memang dapat nilai memuaskan saat ujian. --> karena memang mudah

2. Jarang aplikasi dan tidak pernah membiasakan diri berbicara dan mendengar membuat lambat

Sudah hampir 10 bulan tinggal di Jerman tapi jarang ngobrol dengan native speakernya. Nah ini yang namanya bodoh. Sudah tinggal di Jerman tapi tidak menggunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya. Tidak punya televisi dan radio (alasan saja) padahal bisa menggunakan laptop dan harusnya eman sudah membayar 18 euro per bulan untuk itu, jarang bergaul dengan native alias sering bersama teman Turki yang jarang berbahasa Jerman, jadi untuk berbicara menggunakan bahasa jerman "asal mengerti" atau bahasa isyarat, dan seringnya ketemu teman dari tanah air, jadi g maju-maju. Saya jadi ingat beberapa teman sesama kursus yang berkembang lebih cepat speakingnya (meski grammarnya salah) karena mereka lebih banyak aplikasi dengan partnernya yang orang Jerman ataupun berhubungan dengan orang Jerman karena pekerjaan.

Syukurlah saat ini saya sudah punya teman "Deutsche" asli yang mulai dekat dan punya banyak teman Turki yang lancar berbahasa Jerman karena lahir di sini.

Mulai banyak nonton film berbahasa Jerman meski harus rebutan laptop dan I-pad dengan si kecil :D

3. Jarang berpikir positif kalau "saya bisa" dan salah fokus

Dari dulu yang tertanam di dalam otak saya adalah saya tidak terlalu pintar kalau berbicara alias kemampuan berbahasa saya agak rendah terbukti dengan nilai bahasa Indonesia yang rata-rata (alias 7) dan kemampuan bahasa Inggris yang lambat meningkat. Tapi, setelah membaca blog si Riri saat belajar untuk persiapan IELTS (baca disini), saya jadi termotivasi "kalau yang lain bisa kenapa saya tidak" (sebuah pernyataan umum yang agak susah saya terapkan). Benar kalau dari lahir proses belajar manusia memang dari mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Jadi, sekarang saya mengubah cara belajar yang fokus awalnya grammar menjadi "banyak mendengar dan berbicara". 

Guru bahasa jerman saya sebelumnya yang killer (saya menyebutnya begitu karena agak streng, tapi baik), bilang, "Paska B1 level seharusnya perbendaharaan sudah 2000 kata dan saat  B2 4000 kata." Selama les dengan beliaunya, masih sering buka kamus, padahal seharusnya sudah lebih 60% dari isi text dapat dimengerti. 
Selama ini saya juga sudah mencoba menghapal banyak kata, tapi kenyataannya sering masuk telinga kanan keluar dengan cepat melalui telinga kiri. Mengapa? karena jarang saya aplikasikan dalam kalimat dan ternyata kalau kita menghapal sebuah kata misal, kata kerja zumachen dalam kalimat ich mache di Tür zu sambil memperagakan menutup pintu lebih lama menempel di otak, seperti yang dilakukan guru saya itu setiap pagi di kursus. Jadi, sekarang saya perbanyak lagi bendahara kata dengan mencoba banyak membaca di koran (gratisan) dan mempraktekkannya (maklum otak tua).

4. Tidak Istiqomah

Bisa di bilang saya ini termasuk agak nekat. Seharusnya belajar bahasa Jerman dimulai dari A1.1-A1.2-A2.1-A2.2-B1.1-B1.2-B2.1...dst C2.2 tapi saya melompati tahap B1.1 dan B1.2 yang sebenarnya penting dan lebih memilih belajar sendiri sembari belajar B2.1. Makanya, kemampuan bahasa saya juga agak kacau. Berhubung sudah terlanjur, bagaimana dong?saya kembali mempelajari "isi" yang ada di B1 dengan betul-betul dengan bantuan dari internet, buku yang sudah terlanjur di beli dan teman. Benar deh, yang ini jangan sekali-kali diikuti. 

Saya sedang mengejar Test Daf  bulan November (tapi hanya untuk  uji coba meskipun serius) makanya saya kepikiran belajar grammar sampai C1 secara cepat baru mempelajari speaking yang akhirnya saya sadari kekeliruannya.

5. Terlalu serakah
Saya pun sebenarnya harus mempelajari lebih istilah-istilah dalam bahasa Jerman yang sesuai dengan bidang saya, yang berarti saya harus belajar "selangkah lebih" dibanding yang lain dan ini menyebabkan saya ingin muntah karena terlalu banyak. heh baiklah, sekarang saya mencoba menghipnotis diri kalau "belajar itu menyenangkan dan bukan paksaan" 

Terus bagaimana pengalaman kalian saat belajar bahasa sehingga bisa berkembang pesat ataupun setidaknya berbicara lancar?cerita dong